Senin, 11 Mei 2020

BERBURU MALAM SERIBU BULAN


LAILATUL QADR merupakan malam yang digambarkan dalam al-Quran memiliki keistimewaan yang lebih utama dari malam seribu bulan. Lailatul qadr secara bahasa mengandung arti dan maksud sebagai malam yang memiliki kekuatan, daya dan kapasitas. Menjadi pertanyaan bagi setiap umat muslim bagaimana cara mendapatkan malam yang penuh kemuliaan itu? Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Qadr [97] : 1-5:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) pada malam Qadr”(ayat 1). Artinya ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah menurunkan kitab suci Al-Quran pada malam yang penuh berkah. Sebagaimana penjelasanya dalam QS. Ad Dhukhan [44]: 3 “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan”.

Pada ayat berikutnya “Dan taukah kamu apakah malam kemuliaan itu?” (ayat 2). “Malam kemuliaan itu lebih baik dari malam seribu bulan” (ayat 3). Dimana pada malam itu segala bentuk ibadah akan memiliki keistimewaan tersendiri. Sebagaimana dalam hadits Shahih Bukhari yang diriwayatkan oleh Abul Yaman,

مَنْ يَقُمْ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.                                                

“Barang siapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadr karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari, I/35). Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan bahwa yang dimaksud ‘Imananan’ (karena iman) adalah memberikan janji Allah yaitu pahala yang diberikan (bagi orang yang menghidupkan malam tersebut) sedangkan ‘Ihtisaaban’ bermakna mengharap pahala (dari sisi Allah), bukan karena mengharap lainnya seperti halnya berbuat riya’. (Lihat Fathul Bari, 4/251)

            Demikian pula dengan dengan dzikir, bersedekah, membaca Al Quran, dan lain sebagainya, maka pahalanya akan berlipat ganda bahkan lebih dari 1000 bulan. Lantas bagaimana dengan perbuatan dosa, apakah juga sama akan dilipat gandakan balasannya sebagaimana ibadah tadi? Dalam hal ini masih perlu berbagai penjelasan dan sumber informasi yang jelas terkait dengan perbuatan yang berdosa.

            Pada ayat selanjutnya dijelaskan tentang turunya para Malaikat “Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan” (ayat 4). Begitu banyaknya jumlah malaikat yang turun ke bumi bahkan menurut Ibnu Katsir, karena banyaknya jumlah malaikat sampai-sampai berdesakan ketika berkumpul di muka bumi. Bahkan angin dan pepohonanpun merubah suasana menjadi tenang dan tentaram seketika itu. Adapun yang dimaksud dengan Ruh dalam ayat ini adalah malaikat Jibril yang ikut turun ke bumi karena begitu pentingnya malam kemuliaan ini.

            Energi yang sedemikian dahsyat jelas tidak bisa dibandingkan dengan energi dan kekuatan apapun yang ada di muka bumi. “Sejahtralah (malam itu) sampai terbit fajar” (ayat 5). Merupakan jaminan bagi setiap orang yang mendapatkan lailatul qadr akan sejahtra hidup di dunia dan di akheratnya. Berdasarkan waktunya Lailatul qadr hanya akan terjadi mulai waktu malam (setelah isya’) sampai dengan waktu fajar. Sebagaimana kebiasaan Rasulullah Saw, selalu menghidupkan 10 malam terakhir pada bulan suci ramadhan. Syarat itulah yang harus dilakukan karena dengan seperti itu akan mendapatkan malam kemuliaan yang dijanjikan langsung oleh Allah SWT.

            Tidak mudah melakukan itikaf pada 10 malam terakhir bulan suci ramadhan, karena untuk bisa mendapatkan Lailatul qard sesungguhnya seseorang itu harus dalam keadaan suci terlebih dahulu. Bersama dengan lamanya puasa tersebut dengan kata lain, 20 hari pertama bulan ramadhan adalah proses untuk pensucian diri untuk menyambut datangnya malam kemuliaan tersebut. Pada hari-hari akhir itulah sesungguhnya Allah mengutus para malaikat untuk membawa hikmah Al-Quran dari Lauhul Mahfuzh kepada jiwa orang yang disucikan.

            Adapun waktu untuk mendapatkan Lailatul qadr yaitu sebagaima hadits, “Dari Aisyah r.a, Rasulullah Saw bersabda, ‘carilah Lailatul Qadr pada malam ganjil diantara sepuluh (malam) terakhir dari (bulan) Ramadhan” (HR. Bukhari, no. 2017). Pada malam ganjil yang dimaksud adalah malam ke dua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh, dan dua puluh sembilan. Ada banyak pendapat yang menyebutkan terkait kapan pastinya malam kemuliaan itu terjadi. Al-Hafizh menyatakan, “Yang paling kuat antara semua pendapat ini adalah pendapat yang menyatakan bahwa Lailatul qadr adanya pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan ramadhan. Malam ini berpindah (dari tahun ke tahun), dan besar kemungkinan malam ini ada pada malam ke dua puluh tujuh. (Lihat Riyadhus Shalihin & Penjelasannya, 721).

            Proses penyempurnaan jiwa merupakan cara yang harus dilakukan dalam setiap diri seorang mukmin. Disadari atau tidak kebiasaan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan mayoritas masyarakat Indonesia khususnya, hanya sekedar melakukan kegiatan spiritualitas yang cenderung sama setiap tahunnya. Tidak berbekas dalam hati dan tidak dipahami maksud dan tujuan adanya bulan ramadhan. Lebih lagi dalam membaca ayat Al-Qur’an hanya cenderung pada berapa kali khatamnya, tidak memahami subtansi printah dan larangan apa yang terkandung di dalamnya. Jiwa ini memang bisa naik dan bisa juga turun, apakah nantinya akan cenderung pada ruhiyah atau hanya badaniyah. Ketika manusia cenderung pada badan saja, maka jelas mereka akan lebih sibuk soal makanan, minuman, dan pakaian, mulai dari pagi hingga petang.

            Jika itu yang menjadi kecenderungan dalam diri kita, maka kualitas jiwa ini akan turun menjadi badaniyah. Padahal jiwa ini memiliki potensi yang lebih berharga dibandingkan urusan-urusan duniawi. Manusia adalah mahluk spiritual yang memang harus lebih mengutamakan perjalanan jiwa menuju tingkat yang ruhiyah tanpa mencederai urusan badaniyah, karena dua hal ini haruslah seimbang guna mendukung satu sama lainnya.

              Kemuliaan Lailatul qadr semata-mata disebabkan karena malam turunnya Al-Quran. Demikian pula turunya malaikat Jibril dan para malaikat lainnya, semua karena membawa petunjuk dari Allah SWT. Seringkali kita salah memahami, banyak anggapan kalau yang mulia itu adalah malamnya. Bukan proses turunnya Al-Qur’an, sehingga banyak di antara kita banyak menanti datangnya malam Al-Qadar tersebut. Padahal yang menjadi berkah dan kemuliaan malam itu hanya turun kepada orang-orang yang membaca dan memahami kandungan ayat Al-Qur’an serta memperoleh petunjuk dari-Nya.

            Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an yaitu, “Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat  pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran” (QS. Shaad [38]: 29. Menjadi kewajiban bagi setiap kita sebagai seorang muslim untuk selalu menyelami makna yang lebih jauh lagi tentang apa dan bagaimana peristiwa turunya Lailatul qadr. Maka, berhasil tidaknya seseorang dalam menjalankan ibadah di bulan ramadhan bukanlah dikarenakan banyaknya ibadah yang dilakukannya. Akan tetapi yang menjadi tolak ukur keberhasilan seseorang dalam bulan ramadhan ini adalah seberapa besar mereka memahami makna yang terkandung di dalamnya. Hanya Allah yang dapat menganugrahkan (pemahaman yang terkandung dalam Al-Qur’an) yaitu kepada setiap mereka yang Dia kehendaki.
             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERBURU MALAM SERIBU BULAN

LAILATUL QADR merupakan malam yang digambarkan dalam al-Quran memiliki keistimewaan yang lebih utama dari malam seribu bulan. Lailatul qad...

Daftar Populer